Maret 13, 2008

AYAH dan ANAK

Aku baru aja baca buku yang ngomongin tentang hubungan ayah dan anak.
Bagaimana peran ibu dalam membangun image anak terhadap ayahnya.
Sebuah contoh yang disebutkan di buku itu adalah sebuah keluarga yang sedang makan malam, lalu sang ibu berkata, “Lihatlah ayah kalian sudah tua mulai membungkuk namun tetap saja tidak mampu mencukupi semua kebutuhan kalian. Coba saat ia tegap dulu, ia mampu mendapatkan sebuah pekerjaan yang lebih layak, kita tak mungkin berakhir dalam serba ketidak-cukupan ini.”
Akhirnya anak-anak mereka terus berpikiran bahwa ayah adalah sosok yang gagal dalam menjadi kepala keluarga.

Keadaan anak-anak dalam keluarga itu sama persis dengan yang aku alami sekarang.
Memang aku gak bisa nyalahin mama atas semua perkataannya sampai image yang kubangun tentang ayahku menjadi sangat tidak baik.
Semua manusia pasti punya kekurangan, namun aku tidak diajarkan juga diberi contoh bagaimana menerima segala kekurangan itu...

Kemudian aku semakin berpikir mengenai kegagalan banyak lelaki dalam memerankan tokoh ayah dan kepala keluarga.
Kenyataannya memang banyak anak “gagal” bertumbuh karena tidak ada peran ayah.
Misalnya aja sekitar 90% anak-anak di tempat ku kerja berasal dari keluarga yang ayahnya “tidak ada”. Tidak ada di sini bisa berupa ketidak hadiran secara fisik atau bisa juga ayah selalu ada di samping anak namun tidak mampu mendidik secara benar. Oia aku bekerja di sebuah lembaga psikologi tumbuh kembang anak.

Mau tau hasil ketidakhadiran peran ayah itu?
Nih ya aku kasih tau beberapa di antaranya.
Anak mengalami kesulitan bersosialisasi, anak stress, prestasi yang tiba-tiba merosot, memanggil ayah dengan sebutan ‘om’, dewasa sebelum waktunya, dst.
Itu aja masih beberapa akibat yang terlihat saat masih anak-anak.
Ke depannya, bisa aja anak menjadi kesulitan menjalin hubungan emosional, ketidakmampuan dalam identitas diri, tidak mampu mengambil keputusan atau problem solving, bahkan yang paling parah adalah orientasi seksual yang keliru.

Yup, semua itu benar-benar sudah aku lihat dengan mata kepala ku sendiri.
Bagaimana peran ayah begitu penting dalam pertumbuhan dan perkembangan emosi, kognitif, afektif, konatif....hah!! pokoknya semuanya lah.

Terus, kalau tau pentingnya kayak gitu, bagaimana para lelaki yang akan melangkah ke dunia kebapak’an menyiapkan dirinya? Apakah benar-benar mereka mau bertanggung jawab atas keluarganya besok…. Terus buat lelaki yang sudah menjadi bapak, apakah mereka telah menjalankan job-desc mereka dengan benar?

Aku kasian aja sama anak-anak mereka ntar, karena aku akui aku benar-benar menjadi ‘hasil’ dari kegagalan peran ayah itu...............