Maret 11, 2008

Sebuah dillema

Layaknya seorang pengembara yang akan memulai kelana’nya,
Hanya berbekal sekantung kecil pengalaman,
ia mulai berjalan menyusuri jalan kehidupan.

Dukungan yang tak begitu dirasakan dari keluarga, membuatnya mempunyai tekad untuk bisa mengalahkan hutan belantara kehidupan…
Namun doa yang tak kunjung padam menjadikannya bertangki penuh pengharapan.

Sayangnya, gadis cilik ini sekarang sedang dalam persimpangan jalan yang membuatnya bingung dan berhenti sejenak untuk memilih
Ia terus berpikir…
“mana yang harus kupilih” pikirnya dalam hati

“mama, bolehkah aku memilih jalan yang di sebelah kanan?” teriaknya..
Namun sang mama yang begitu ia harapkan dukungannya tak kunjung juga menampakkan senyumannya

“teman, kalau aku pilih yang kiri bagaimana?”
Wajahnya tampak mulai dipenuhi keraguan, namun ia tak lelah untuk berharap agar ada petunjuk dalam ia memilih
“terserah kamu, nona….semua kamu yang akan jalani.”
Jawaban yang tak memberinya sedikitpun keteguhan hati dalam memilih.

Waktu terus berlalu, ia pun tak kunjung beranjak dari tempat ia berdiri dan berpikir itu…

Akhirnya gadis cilik itu mulai kelelahan
Ia pun mulai membaringkan tubuhnya.
Dalam lelap, ia menangis…
Hanya ketakutan yang semakin menampakkan batang hidungnya
Semakin ia mendekat, semakin menangislah gadis tak berdaya itu

Ia sendiri,
Tak ada yang tahu keberadaan hatinya sekarang,,

Kemudian tiba-tiba, ia teringat pada Seorang Juru Selamat
Yang selama ini hampir ia lupakan
Namun akan terus ia yakini akan mampu menolongnya…

Dalam tangis dan ketakutan yang luar biasa, ia kemudian memanggil Sang Juru Selamat
Memang, IA tak lantas datang dalam rupa yang nyata

Tetapi, sebuah keajaiban kemudian datang,,
Gadis itu mendapat kekuatan baru, kekuatan untuk melawan momok ketakutannya yang tak lain berasal dari dirinya sendiri itu…

Ia lalu berpikir, mengapa tak dari awal aku membekali pengembaraanku dengan sekotak pengharapan dari Juru Selamat-ku?
Dan mengapa saat aku lelah memilih jalan yang tepat untukku, aku tidak lantas bertanya pada-Nya.
Mengapa aku merasa bisa mengatasi semuanya sendiri.
“Oh betapa bodohnya aku…”

Setelah mengucapkan terimakasih pada Sang Penolong,
Gadis pengembara itu pun terbangun…
Ia tersenyum dan tahu jalan mana yang harus ia pilih untuk dilalui